Manfaat Buah & Sayur bagi si Kecil
A
A
A
BUAH dan sayur mengandung nutrisi yang baik bagi tubuh, sayang anak-anak umumnya kurang menyukai dua penganan tersebut. Tugas orang tualah untuk memutar otak agar buah hati tidak lagi bermusuhan dengan makanan sarat vitamin dan mineral ini.
Reina seakan sudah kehabisan ide untuk menyuruh sang anak, Aprilia, yang berusia dua tahun untuk mau menyantap sayuran. Kalau buah, Aprilia memang masih doyan. Itupun hanya pisang. Buah lain yang disodorkan kepadanya langsung ditolak.
Reina pun berpikir untuk memberikan buah hatinya tersebut suplemen yang mengandung bermacam sayuran dan buah seperti yang dia lihat di televisi. Namun, dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Fiastuti Witjaksono menilai, sebaiknya orang tua jangan dulu patah arang jika si kecil menolak untuk makan buah maupun sayuran. “Justru ibu khususnya, harus lebih memutar otak gimana caranya agar anak mau makan (buah dan sayur),” katanya kepada KORAN SINDO.
Dia mencontohkan, keduanya bisa saja dimasukkan dalam makanan favorit anak. Seperti agar, nugget, ataupun es krim yang dibuat sendiri. Dengan tampilan yang menarik terlebih tersimpan dalam makanan kesukaan anak, dia pun dengan senang hati akan menyantapnya tanpa paksaan ataupun drama berlebihan. Ada cara lain, misanya dengan memberikan sayur dan buah ketika anak merasa lapar.
Sajikan sayuran sebagai makanan pembuka, misalnya salad ukuran mungil untuk dikunyah selama anak menunggu makanan utama dihidangkan. Gunakan sayuran yang sebelumnya sudah dikenal anak. Anda bisa mengenalkan sayuran baru kepadanya sebagai camilan sore hari. Terapkan aturan makan malam bersama keluarga di rumah. Riset dari Harvard Medical School menyebutkan, anak-anak mengonsumsi lebih banyak sayuran (sekaligus lebih banyak buah, kalsium, serta serat) saat mereka makan bersama orang tuanya.
Sementara itu, bagi anak yang masih belajar untuk menyukai rasa sayur, satu sendok bisa terasa seperti satu piring. Jadi, ketika Anda menyajikan jenis sayuran baru kepada anak, mintalah dia untuk setidaknya mencoba sesuap. Jika dia tidak suka, jangan memaksa. Anda bisa mencoba lagi dua atau tiga hari berikutnya. “Intinya, ibu harus kreatif. Yang alami tentu lebih baik daripada yang sudah berbentuk kapsul atau lainnya,” kata Fiastuti.
Pentingnya mengonsumsi buah dan sayuran juga ditegaskan oleh Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Prof Dr Agus Firmansyah SpA (K). Menurut dia, setelah usia enam bulan, anak sudah bisa dikenalkan kepada buah dan sayur secara bertahap dan teratur. “Hal ini tidak saja akan menyediakan serat yang dibutuhkan bagi kesehatan pencernaan, juga akan membentuk preferensi terhadap buah dan sayur yang akan mereka bawa sampai dewasa,” kata Prof Agus.
Bukan hanya anak-anak yang kurang asupan sayur dan buah. Faktanya menurut sebuah penelitian, oleh masyarakat Indonesia, rata-rata 93,5% masyarakat dari berbagai provinsi masih kurang mengonsumsi sayur dan buah. Padahal, keduanya merupakan syarat tercapainya gizi seimbang. “Setiap hari kita harus makan, tidak hanya nasi dan lauk-pauk, juga diimbangi dengan sayur dan buah. Sayangnya, ini dilupakan oleh kita, padahal setiap hari kita dianjurkan makan tiga sampai lima porsi buah dan sayur,” kata Fiastuti.
Yang mencakup tiga kali waktu makan utama, termasuk sebagai makanan selingan. Buah dan sayuran mengandung mikronutrien, vitamin, serta mineral yang diperlukan bagi tubuh. Di samping itu, keduanya juga mengandung antioksidan, serat, dan air. Vitamin dan mineral, sekalipun diperlukan dalam jumlah kecil, dibutuhkan untuk memetabolisme berbagai kondisi di dalam tubuh. Ada banyak rekomendasi konsumsi buah dan sayur yang dibuat di dunia.
The National Health and Medical Research Council menyarankan dua jenis buah dan lima jenis sayuran per hari, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyarankan 400 gram buah dan sayur untuk dikonsumsi per hari. Menurut Pedoman Gizi Seimbang, Undang-Undang Kesehatan No 36/2009, konsumsi tiga sampai lima porsi sayur dan dua sampai tiga porsi buah sehari.
Sri noviarni
Reina seakan sudah kehabisan ide untuk menyuruh sang anak, Aprilia, yang berusia dua tahun untuk mau menyantap sayuran. Kalau buah, Aprilia memang masih doyan. Itupun hanya pisang. Buah lain yang disodorkan kepadanya langsung ditolak.
Reina pun berpikir untuk memberikan buah hatinya tersebut suplemen yang mengandung bermacam sayuran dan buah seperti yang dia lihat di televisi. Namun, dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Fiastuti Witjaksono menilai, sebaiknya orang tua jangan dulu patah arang jika si kecil menolak untuk makan buah maupun sayuran. “Justru ibu khususnya, harus lebih memutar otak gimana caranya agar anak mau makan (buah dan sayur),” katanya kepada KORAN SINDO.
Dia mencontohkan, keduanya bisa saja dimasukkan dalam makanan favorit anak. Seperti agar, nugget, ataupun es krim yang dibuat sendiri. Dengan tampilan yang menarik terlebih tersimpan dalam makanan kesukaan anak, dia pun dengan senang hati akan menyantapnya tanpa paksaan ataupun drama berlebihan. Ada cara lain, misanya dengan memberikan sayur dan buah ketika anak merasa lapar.
Sajikan sayuran sebagai makanan pembuka, misalnya salad ukuran mungil untuk dikunyah selama anak menunggu makanan utama dihidangkan. Gunakan sayuran yang sebelumnya sudah dikenal anak. Anda bisa mengenalkan sayuran baru kepadanya sebagai camilan sore hari. Terapkan aturan makan malam bersama keluarga di rumah. Riset dari Harvard Medical School menyebutkan, anak-anak mengonsumsi lebih banyak sayuran (sekaligus lebih banyak buah, kalsium, serta serat) saat mereka makan bersama orang tuanya.
Sementara itu, bagi anak yang masih belajar untuk menyukai rasa sayur, satu sendok bisa terasa seperti satu piring. Jadi, ketika Anda menyajikan jenis sayuran baru kepada anak, mintalah dia untuk setidaknya mencoba sesuap. Jika dia tidak suka, jangan memaksa. Anda bisa mencoba lagi dua atau tiga hari berikutnya. “Intinya, ibu harus kreatif. Yang alami tentu lebih baik daripada yang sudah berbentuk kapsul atau lainnya,” kata Fiastuti.
Pentingnya mengonsumsi buah dan sayuran juga ditegaskan oleh Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Prof Dr Agus Firmansyah SpA (K). Menurut dia, setelah usia enam bulan, anak sudah bisa dikenalkan kepada buah dan sayur secara bertahap dan teratur. “Hal ini tidak saja akan menyediakan serat yang dibutuhkan bagi kesehatan pencernaan, juga akan membentuk preferensi terhadap buah dan sayur yang akan mereka bawa sampai dewasa,” kata Prof Agus.
Bukan hanya anak-anak yang kurang asupan sayur dan buah. Faktanya menurut sebuah penelitian, oleh masyarakat Indonesia, rata-rata 93,5% masyarakat dari berbagai provinsi masih kurang mengonsumsi sayur dan buah. Padahal, keduanya merupakan syarat tercapainya gizi seimbang. “Setiap hari kita harus makan, tidak hanya nasi dan lauk-pauk, juga diimbangi dengan sayur dan buah. Sayangnya, ini dilupakan oleh kita, padahal setiap hari kita dianjurkan makan tiga sampai lima porsi buah dan sayur,” kata Fiastuti.
Yang mencakup tiga kali waktu makan utama, termasuk sebagai makanan selingan. Buah dan sayuran mengandung mikronutrien, vitamin, serta mineral yang diperlukan bagi tubuh. Di samping itu, keduanya juga mengandung antioksidan, serat, dan air. Vitamin dan mineral, sekalipun diperlukan dalam jumlah kecil, dibutuhkan untuk memetabolisme berbagai kondisi di dalam tubuh. Ada banyak rekomendasi konsumsi buah dan sayur yang dibuat di dunia.
The National Health and Medical Research Council menyarankan dua jenis buah dan lima jenis sayuran per hari, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyarankan 400 gram buah dan sayur untuk dikonsumsi per hari. Menurut Pedoman Gizi Seimbang, Undang-Undang Kesehatan No 36/2009, konsumsi tiga sampai lima porsi sayur dan dua sampai tiga porsi buah sehari.
Sri noviarni
(ars)